SUBANG | BERITAINDUSTRI.ID –
Seorang warga asal Kabupaten Bekasi, Yuli Astuti (52), mendatangi kediaman Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, di Pasanggrahan Indung Rahayu, Jalan Sukadaya, Sukasari, Kecamatan Dawuan, Kabupaten Subang, pada Sabtu (6/9/2025).
Kedatangan Yuli mewakili suara atlet disabilitas tunarungu Jawa Barat yang kini menghadapi persoalan serius. Anak-anaknya yang berprestasi dalam cabang bulu tangkis dan atletik tiba-tiba dicoret dari keikutsertaan pada Pekan Paralimpik Daerah (Peparda) dan tidak lagi diakui sebagai bagian dari National Paralympic Committee Indonesia (NPCI).
Menurut Yuli, sebelumnya para atlet tunarungu merasa nyaman dan terayomi di bawah NPCI. Namun, sejak munculnya organisasi baru bernama Perimpunan Atlet Tuna Rungu Indonesia (Patrin) yang baru disahkan di Paris, kondisi menjadi tidak menentu. Patrin disebut merekrut atlet tunarungu tanpa izin orang tua dan menyatakan bahwa mereka tidak lagi di bawah NPCI.

Situasi ini kian pelik karena Patrin terlibat konflik dengan Porturin, organisasi atlet tunarungu lain yang telah lama berdiri. Kemenpora juga menolak memberikan dukungan finansial apabila terdapat dua organisasi yang bersaing, sehingga para atlet dipaksa memilih salah satu wadah.
Akibatnya, sejumlah atlet berprestasi terhambat kariernya. Anak Yuli yang pernah meraih emas dan perunggu kini terpaksa berhenti bertanding, mentalnya menurun, dan mimpi untuk mengharumkan nama bangsa hingga memberangkatkan orang tua umroh pun kandas.
“Biaya latihan bukan masalah, tapi mimpi anak-anak kami terhenti hanya karena ego organisasi. Kami mohon Kemenpora turun tangan mempertemukan Patrin dan Porturin demi masa depan atlet,” ujar Yuli, kepada awak media Beritaindustri, Sabtu (6/09/2025).
Hingga kini, Kemenpora dinilai belum melakukan mediasi yang efektif. Kondisi tersebut membuat masa depan para atlet tunarungu berprestasi semakin tidak jelas.
Deretan Atlet Berprestasi Jawa Barat yang Terancam
Meski menghadapi situasi pelik, para atlet tunarungu Jawa Barat tetap membuktikan kualitas mereka lewat torehan prestasi, di antaranya:

Shaskia Najla Putri Kayla (22), Kabupaten Bekasi
Juara 3 Pelajar Daerah
Juara 1 Tunggal & Juara 2 Ganda Campuran (Peparda Jawa Barat)
Juara 1 Tunggal & Juara 3 Ganda Putri (SEA Deaf Games)
Pernah ikut Olimpiade Deaf Games di China Taipei.
Yasmine Aliya Shafa (19), Kabupaten Bekasi
Juara 2 Atletik (Peparda)
Juara 3 Peparda Jawa Barat.
Muhamad Sayyid Az Zahiri, Kabupaten Bogor – Tunggal Putra
Juara 1 Peparda V Bogor (2018) – Tunggal Putra (Emas)
Juara 2 Peparpenas XI Jakarta (2019) – Tunggal Putra (Perak)
Juara 3 Peparpenas XI Jakarta (2019) – Ganda Campuran (Perunggu)
Juara 1 Peparda VI Bekasi (2022) – Tunggal Putra & Ganda Campuran (2 Emas)
Juara 3 Peparnas XVII Solo (2024) – Tunggal Putra (Perunggu)
Juara 1 SEA Deaf Games 2025 (Jakarta) – Tunggal Putra (Emas)
Juara 2 SEA Deaf Games 2025 (Jakarta) – Ganda Putra (Perak).
Fahrani Adenia (17), Kabupaten Bogor
Juara 1 Peparda VI Bekasi (2022) – Ganda Campuran (Emas)
Juara 1 & 2 Kejuaraan Gubernur Kabupaten Bandung (2024).
Naila Puja Rislani (21), Bandung – Renang
Peparda 2018 – 2 Perak
Peparpeda 2019 – 3 Emas (Top Score)
Peparpenas 2019 – 3 Emas (Top Score)
Peparnas Papua 2021 – 3 Emas (Top Score)
Peparda 2022 – 2 Emas (Top Score).
Sophia Jerussika (24), Kota Bekasi – Atletik
Juara 1 Estafet 400m Putri (Peparnas Papua 2021)
Juara 1 Estafet 100m Putri (Peparnas Papua 2021)
Juara 2 Lari 400m Putri (Peparnas Papua 2021)
Juara 1 Lompat Tinggi Putri (Peparda Bekasi 2022)
Juara 2 Lompat Jauh Putri (Peparda Bekasi 2022)
Juara 3 Futsal (SEA Deaf Games Jakarta 2025)
Juara 3 Asia Pasific Deaf Women Championship, Bangkok (2019).
Dengan segudang prestasi tersebut, para atlet difabel muda Jawa Barat membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk meraih prestasi. Namun, tanpa kejelasan wadah organisasi, masa depan mereka terancam. Dukungan dari pemerintah, keluarga, serta NPCI diharapkan segera menguat kembali agar para atlet dapat terus mengharumkan nama bangsa di kancah dunia.
(Jun@)

