JAKARTA, BERITAINDUSTRI.ID – Himpunan Alumni IPB (HA IPB) memasuki fase penting menjelang pelaksanaan Musyawarah Nasional (Munas) 2025 yang akan menentukan arah organisasi untuk lima tahun ke depan. Di tengah dinamika nasional di bidang ekonomi, pangan, energi, lingkungan, serta transformasi pendidikan tinggi, muncul dorongan kuat agar HA IPB melakukan reposisi besar-besaran sebagai organisasi alumni yang lebih solid, modern, dan berpengaruh, Jumat (12/12/2025).
Salah satu gagasan strategis disampaikan oleh Dr. Anggawira, MM., MH., alumni Fateta IPB Angkatan 36/Tahun 1999, sekaligus Calon Sekretaris Jenderal HA IPB periode 2025–2030, yang menekankan pentingnya agenda “HA IPB Naik Kelas” sebagai arah transformasi organisasi.
Menurut Anggawira, Munas bukan sekadar agenda pergantian kepemimpinan, melainkan ruang untuk mengokohkan kembali peran HA IPB sebagai kekuatan intelektual dan sosial yang mampu memberikan kontribusi nyata bagi bangsa.
“IPB merupakan universitas berbasis ilmu-ilmu sumber daya alam yang perannya sangat strategis bagi masa depan Indonesia. Dengan tantangan pangan, energi, lingkungan dan teknologi yang semakin kompleks, keberadaan komunitas alumni adalah aset besar negara. HA IPB harus naik kelas menjadi organisasi alumni yang solid, progresif, dan diperhitungkan dalam percaturan nasional,” tegas Anggawira.
Dalam pandangan Anggawira, HA IPB membutuhkan pemimpin yang tidak hanya memahami tradisi IPB, tetapi juga memiliki rekam jejak nasional yang kuat, jaringan luas lintas sektor, serta kemampuan membawa organisasi alumni ke level yang setara dengan himpunan alumni perguruan tinggi besar lainnya.
IPB sebagai salah satu dari lima universitas tertua di Indonesia memiliki nilai historis dan reputasi akademik yang besar. Namun, representasi kekuatan intelektual dan sosial alumni di tingkat organisasi masih harus diperkuat.
Anggawira menyebut beberapa kriteria penting bagi kepemimpinan HA IPB mendatang:
mampu membuka akses kolaborasi strategis dengan kementerian/lembaga, DPR, pemerintah daerah, sektor industri dan lembaga riset nasional;
memperjuangkan gagasan alumni IPB dalam isu pangan, energi, lingkungan, teknologi hijau, dan inovasi nasional;
memimpin orkestrasi kekuatan alumni lintas generasi, dari senior hingga generasi milenial dan Z;
memiliki kapasitas eksekusi yang kuat untuk menjalankan agenda-agenda besar organisasi.
“Kita punya banyak tokoh nasional dari IPB, tetapi organisasi alumninya belum tampil sekuat potensinya. Pemimpin HA IPB yang akan datang harus siap bekerja besar, bukan sekadar hadir secara seremonial. Kalau nafsu besar tapi tenaganya kurang, tidak mungkin menjawab kebutuhan zaman maupun memenuhi aspirasi para pemilik suara,” jelasnya.
Anggawira menegaskan bahwa HA IPB memiliki peluang besar untuk menjadi think tank nasional, mengingat kompetensi akademik dan reputasi riset IPB yang sudah diakui dunia.
Ia mendorong HA IPB untuk mengoptimalkan kontribusi alumni melalui penguatan fungsi organisasi dalam bidang kebijakan publik, inovasi, dan pemberdayaan masyarakat.
Menurutnya, organisasi alumni tidak boleh hanya menjadi ruang seremonial atau sekadar pertemuan sosial.
“HA IPB harus menjadi rumah gagasan. Kita harus mampu melahirkan policy brief, riset aplikatif, forum kebijakan nasional, dan rekomendasi strategis bagi pemerintah. Dengan begitu, HA IPB tidak lagi dipandang sebagai organisasi yang hanya ramai berkegiatan, tetapi sebagai pusat pemikiran dan mitra sejajar pemerintah,” terangnya.
Beberapa bentuk kontribusi strategis yang ia dorong meliputi:
penyusunan rekomendasi kebijakan berbasis sains dan inovasi;
keterlibatan alumni sebagai narasumber resmi dalam forum-forum pemerintahan;
kolaborasi penelitian dengan kementerian/lembaga untuk mendukung kemandirian pangan dan energi nasional;
hadir sebagai jembatan antara IPB, dunia usaha, dan masyarakat.
Munas HA IPB tahun ini bertepatan dengan terpilihnya Rektor IPB yang baru, Dr. Alim Setiawan Slamet (Fateta 37/2000). Anggawira menilai ini sebagai momentum emas bagi transformasi organisasi.
Rektor muda tersebut membawa semangat:
modernisasi kampus,
penguatan ekosistem inovasi,
percepatan hilirisasi riset,
serta perluasan jejaring internasional.
Menurut Anggawira, energi baru dari rektor harus disambut oleh organisasi alumni dengan memperbarui cara kerja, cara berkolaborasi, dan cara melihat masa depan IPB.
“Rektor baru datang dengan energi muda dan visi besar. HA IPB harus mampu bergerak seirama dan tidak boleh tertinggal satu generasi. Alumni harus menjadi mitra strategis kampus, mendukung inovasi, memperkuat entrepreneurship, dan mendorong posisi IPB di kancah global,” ujarnya.
Tiga Pilar Transformasi: Konsep “HA IPB Naik Kelas”
Anggawira menjabarkan tiga pilar utama yang menjadi fondasi transformasi HA IPB lima tahun ke depan:
1. Reposisi Peran: Dari Organisasi Aktif Menjadi Organisasi Strategis
HA IPB harus menjadi Rumah Perubahan, pusat gagasan nasional, dan platform kerja kolaboratif yang berdampak luas, bukan sekadar penyelenggara kegiatan rutin.
2. Penguatan Jejaring Nasional dan Internasional
Akses alumni terhadap jejaring ekonomi, politik, akademik, dan global harus diperluas agar kontribusi alumni terasa nyata.
3. Konsolidasi Alumni Lintas Generasi
Alumni senior, alumni muda, diaspora internasional, dan komunitas daerah harus dirajut dalam satu ekosistem sinergis.
HA IPB harus menjadi jembatan, bukan tembok pemisah.
Menurut Anggawira, HA IPB kini berada di persimpangan penting. Organisasi ini sudah berjalan dengan baik, namun untuk menjawab tantangan era digital, krisis lingkungan, dan transformasi ekonomi yang cepat, dibutuhkan keberanian untuk naik kelas.
Dengan hadirnya rektor muda yang visioner, potensi besar alumni IPB di seluruh Indonesia dan dunia, serta momentum Munas sebagai arena konsolidasi gagasan, Anggawira optimistis HA IPB dapat menjelma menjadi organisasi alumni yang kuat, dihormati, dan berdampak strategis bagi bangsa.
“Satu Hati, Satu IPB saatnya kita naik kelas bersama,” tutup Anggawira.
(Emed Tarmedi)

